Batik Solo dan
Yogyakarta
Batik
di daerah Yogyakarta dan Solo di kenal semenjak kerajaan Mataram, pada masa
Panembahan Senopati. Batik berkembang didaerah Plered. Sama seperti zaman
Majapahit, awalnya batik terbatas dalam lingkungan keluarga keraton. Para ratu
yang mengajarkan proses pembuatan batik. Lama kelamaan, batik keluar kraton.
Pada upacara resmi kerajaan keluarga keraton baik pria maupun wanita memakai
pakaian dengan kombinasi batik dan lurik. Kemudian batik mulai berkembang ketika rakyat
tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga keraton.
Batik
terus meluas dan berkembang beriring dengan berbagai peristiwa yang terjadi di
kerajaan Mataram. Ketika
terjadi peperangan, maka
banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru
antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan ke
daerah timur, Ponorogo, Tulungagung.
Pada
saat terjadi perang Diponegoro melawan belanda,mendesak pangeran dan
keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka
kemudian tersebar kearah timur dan barat.
Kemudian
di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro
mengembangkan batik.
Batik
solo dan Jogja kemudian menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto
serta Tulungagung. Selain
itu juga menyebar ke gresik, Surabaya
dan Madura. Sedang
kearah barat batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Perkembangan
batik di wilayah lain.
Batik
di Banyumas berpusat di daerah Sukaraja. Ketrampilan membatik di daerah ini dibawa
oleh pengikut - pengikut pangeran Diponegoro setelah
selesainya peperangan tahun 18.30. Sebagai bahan untuk membatik adalah mori
yang di tenun sendiri, dan
obat pewarna dipakai antara lain pohon Tom, pohon
pace, dan
mengkudu yang memberi
warna merah kesemuan kuning.
Batik
sampai ke Pekalongan juga di bawa pasukan pangeran Diponegoro. Para
pengikut pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan
usaha batik. Pada
masa itu batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan
dan Wonopringgo. Sementara
itu,di Tegal, batik mulai
dikenal pada akhir abad ke 19. Bahan pewarnanya di
ambil dari tumbuh-tumbuhan; pace
atau mengkudu, nila, soga kayu. Kain
yang dipakai adalah kain tenunan sendiri. Warna
batik Tegal pertama
kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik,dan kemudian
meningkat menjadi warna merah biru.
Hampir
sama dengan daerah-daerah lain, perkembangan batik di Kebumen mulai dikenal sekitar awal abad ke 19. Batik
di perkenalkan oleh pendatang-pendatang dari Yogya. Salah satu yang
mengembangkan batik adalah Penghulu Nusjaf. Proses batik pertama di Kebumen
dinamakan teng-abang atau blambangan. Motif- motif Kebumen
ialah : Pohon-pohon, burung-burungan. Bahan – bahan
lainnya yang di pergunakan ialah pohon pace / mengkudu dan nila tom.
Sementara itu, di luar Jawa Tengah, batik
juga dikenal di Jawa Barat.
Salah
satu daerah pengembangan batik adalah Tasikmalaya. Tempat-tempat pembantikan
antara lain Wurug, Sukapura, Mangunraja, Manonjaya.
Batik
mulai menyebar ke Jawa Barat terjadi ketika masyarakat dari Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus yang merantau ke
daerah barat. Mereka ini kemudian
menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sedang
di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton.
Ciri
khas batik Cirebonan:
- sebagian besar bermotifkan gambar yang
merupakan lambang hutan dan margasatwa.
- motif laut di pengaruhi oleh alam
pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina.
- bergambar garuda karena di pengaruhi
oleh motif batik Yogya dan Solo.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar