Solusi buat orang tua atau wali orang tua jika
anaknya menjadi korban intimidasi (bullying) di sekolah. Beberapa di antaranya:
1. Satukan Persepsi dengan Istri/Suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk
satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah.
Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan.
2. Pelajari dan Kenali Karakter Anak Kita. Perlu kita sadari, bahwa satu satu
penyebab terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter
yang mudah dijadikan korban. Dengan mengenali karakter anak kita, kita akan
bisa mengantisipasi berbagai potensi intimidasi yang menimpa anak kita, atau
setidaknya lebih cepat menemukan solusi (karena kita menjadi lebih siap secara
mental).
3. Jalin Komunikasi dengan Anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman
(meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai
orang tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai
hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.
4. Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur. Idealnya, masalah antar anak-anak bisa
diselesaikan sendiri oleh mereka, termasuk di dalamnya kasus-kasus bullying.
Kalau anak kita punya kekurangan terutama kekurangan fisik, perlu kita tanamkan
sebuah kepercayaan bahwa itu merupakan pemberian Tuhan dan bukan hal yang
memalukan. Kedua, jangan terlalu “termakan” oleh ledekan teman, karena hukum di
dunia ledek-meledek adalah “semakin kita terpengaruh ledekan teman, semakin
senang teman yang meledek itu”.
5. Masuklah di Saat yang Tepat. Jangan lupa, bahwa seringkali anak kita sendiri
(yang menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut
campur. Kita mesti benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika
memutuskan untuk ikut campur menyelesaikan masalah.
6. Bicaralah dengan Orang yang Tepat. Jika sudah memutuskan untuk ikut campur
dalam menyelesaikan masalah, pertimbangkan masak-masak apakah akan langsung
berbicara dengan pelaku intimidasi, orang tuanya, atau gurunya. Saya cenderung
untuk menghindari berbicara dengan orang tua pelaku intimidasi, karena khawatir
masalahnya jadi melebar kemana mana dan situasi menjadi sangat emosional.
7. Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah. Dalam beberapa kasus yang diceritakan
teman-teman saya, anak-anak kadang merespon intimidasi yang dialaminya di
sekolah dengan minta pindah sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari
dari masalah. Sebisa mungkin jangan dituruti. Kalau ada masalah di sekolah,
masalah itu yang mesti diselesaikan, bukan dengan ‘lari’ ke sekolah lain.
Karena bullying bisa terjadi di semua sekolah
8. Jangan Larut dalam Emosi. Ada yang bilang, “orang emosi selalu kalah”. Jadi,
usahakan semaksimal mungkin untuk tidak larut dalam emosi, baik dalam bentuk
“menangisi anak kita” (yang menjadi korban) maupun melabrak teman anak kita
atau orang tuanya. Semua langkah yang kita ambil harus terkendali oleh akal
sehat. Karena kalau tidak, masalah bisa melebar ke mana-mana. Dan kalau
masalahnya sudah selesai, atau dianggap selesai, jangan diungkit-ungkit terus.
Jadikan pelajaran, dan lupakan saja… Masih banyak persoalan lain yang menunggu.