Sabtu, 22 November 2014

BATIK SOLO DAN YOGYAKARTA



Batik Solo dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta dan Solo di kenal semenjak kerajaan Mataram, pada masa Panembahan Senopati. Batik berkembang didaerah Plered. Sama seperti zaman Majapahit, awalnya batik terbatas dalam lingkungan keluarga keraton. Para ratu yang mengajarkan proses pembuatan batik. Lama kelamaan, batik keluar kraton. Pada upacara resmi kerajaan keluarga keraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik.  Kemudian batik mulai berkembang ketika rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga keraton.
Batik terus meluas dan berkembang beriring dengan berbagai peristiwa yang terjadi di kerajaan Mataram. Ketika terjadi peperangan, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur, Ponorogo, Tulungagung.
 Pada saat terjadi perang Diponegoro melawan belanda,mendesak pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan.  Mereka kemudian tersebar kearah timur dan barat.
Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Batik solo dan Jogja kemudian menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung. Selain itu juga menyebar ke gresik, Surabaya dan Madura. Sedang kearah barat batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Perkembangan batik di wilayah lain.
Batik di Banyumas berpusat di daerah Sukaraja. Ketrampilan membatik di daerah ini dibawa oleh pengikut - pengikut pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun 18.30. Sebagai bahan untuk membatik adalah mori yang di tenun sendiri, dan obat pewarna dipakai antara lain pohon Tom, pohon pace, dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.
Batik sampai ke Pekalongan juga di bawa pasukan pangeran Diponegoro. Para pengikut pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik. Pada masa itu batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Sementara itu,di Tegal, batik mulai dikenal pada akhir abad ke 19.  Bahan pewarnanya di ambil dari tumbuh-tumbuhan; pace atau mengkudu, nila, soga kayu.  Kain yang dipakai adalah kain tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik,dan kemudian meningkat menjadi warna merah biru.
Hampir sama dengan daerah-daerah lain, perkembangan batik di Kebumen  mulai dikenal sekitar awal abad ke 19. Batik di perkenalkan oleh pendatang-pendatang dari Yogya. Salah satu yang mengembangkan batik adalah Penghulu Nusjaf. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau  blambangan.  Motif- motif Kebumen ialah :  Pohon-pohon, burung-burungan. Bahan – bahan lainnya yang di pergunakan ialah pohon pace / mengkudu dan nila tom.
           Sementara itu, di luar Jawa Tengah, batik juga dikenal di Jawa Barat.
Salah satu daerah pengembangan batik adalah Tasikmalaya. Tempat-tempat pembantikan antara lain Wurug, Sukapura, Mangunraja, Manonjaya.
Batik mulai menyebar ke Jawa Barat terjadi ketika masyarakat dari Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus yang merantau ke daerah barat.  Mereka ini kemudian menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sedang di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton.
Ciri khas batik Cirebonan:
- sebagian besar bermotifkan gambar yang merupakan lambang hutan dan margasatwa.
- motif laut di pengaruhi oleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina.
- bergambar garuda karena di pengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar